Kasih sayang Itu Bernama Ibu
Seringkali dunia dibuat takjub oleh kesuksesan para
tokoh- tokoh besar karena kecerdasan, kekuasaan, ataupun pengaruh mereka.
Selain itu mereka juga dipuja karena kontribusi dan kisah inspiratif yang
begitu melegenda. Sebut saja Imam syafi'i. Siapa yang dapat meragukan kemampuan
beliau dalam penguasaan ilmu. Diusia sembilan tahun saja, prestasi spektakuler
sudah ditorehkannya. Pada usia belia tersebut, beliau sudah mampu menghafal
seluruh isi Alquran.
Kisah inspiratif lainnya juga terjadi pada Thomas Alfa Edison. Dia adalah seorang anak tuna rungu, yang bahkan dibilang bodoh oleh guru disekolahnya sendiri. Dia akhirnya keluar sekolah, yang hanya dinikmatinya selama tiga bulan. Tapi cerita sedih itu berubah saat dia telah tumbuh dewasa. Thomas berhasil memegang rekor 1093 penemuan yang dipatenkan atas namanya. Dan diakhir cerita, jadilah dia salah satu superstar, ilmuwan hebat dunia yang sangat mendunia.
Dari sedikit cerita diatas, mungkin muncul pertanyaan dalam diri kita, siapakah yang menjadi motivator manusia- manusia hebat tersebut? Siapakah tokoh heroik yang telah sukses mengantarkan mereka menuju kesuksesan? Jawabnya tidak lain adalah para ibu mereka.
Ibu mereka tidak hanya sekedar melahirkan dan menyusui. Tapi lebih dari itu, profesi mereka sebagai seorang ibu yang bahkan tidak dinilai dengan uangpun, mereka jalankan dengan baik. Pengayoman, pendidikan, perhatian, dengan setulus- tulusnya, mereka berikan demi masa depan si anak. Karena itu tak berlebihan jika kita menyebut bahwa Ibu adalah kata lain dari kasih sayang.
Mungkin para ibu tersebut tidak memiliki kepandaian dalam hal ilmu seperti anak- anak mereka yang melegenda. Namun para ibu itu adalah satu- satunya yang memiliki ketulusan dan keikhlasan untuk mereka, anak- anaknya.
Kisah inspiratif lainnya juga terjadi pada Thomas Alfa Edison. Dia adalah seorang anak tuna rungu, yang bahkan dibilang bodoh oleh guru disekolahnya sendiri. Dia akhirnya keluar sekolah, yang hanya dinikmatinya selama tiga bulan. Tapi cerita sedih itu berubah saat dia telah tumbuh dewasa. Thomas berhasil memegang rekor 1093 penemuan yang dipatenkan atas namanya. Dan diakhir cerita, jadilah dia salah satu superstar, ilmuwan hebat dunia yang sangat mendunia.
Dari sedikit cerita diatas, mungkin muncul pertanyaan dalam diri kita, siapakah yang menjadi motivator manusia- manusia hebat tersebut? Siapakah tokoh heroik yang telah sukses mengantarkan mereka menuju kesuksesan? Jawabnya tidak lain adalah para ibu mereka.
Ibu mereka tidak hanya sekedar melahirkan dan menyusui. Tapi lebih dari itu, profesi mereka sebagai seorang ibu yang bahkan tidak dinilai dengan uangpun, mereka jalankan dengan baik. Pengayoman, pendidikan, perhatian, dengan setulus- tulusnya, mereka berikan demi masa depan si anak. Karena itu tak berlebihan jika kita menyebut bahwa Ibu adalah kata lain dari kasih sayang.
Mungkin para ibu tersebut tidak memiliki kepandaian dalam hal ilmu seperti anak- anak mereka yang melegenda. Namun para ibu itu adalah satu- satunya yang memiliki ketulusan dan keikhlasan untuk mereka, anak- anaknya.
Masihkah kita ingat kisah tentang Nabi musa? Ibunya
yang dengan ikhlas menjalankan perintah Allah untuk menghanyutkan nabi musa,
walau nabi musa saat itu masih bayi. Suatu hal yang memang jika dinilai dengan
nalar atau batin seorang ibu, pastilah tidak akan tergapai. Namun begitulah
keikhlasan itu yang ada dalam hati para ibu tersebut, yang menyelamatkan
anaknya. Hal yang sama juga terjadi pada ibu Imam syafii. Beliau yang rela
melepas anaknya untuk merantau untuk mendapatkan ilmu. Walau dengan linangan
air mata, sang ibu rela dengan harapan dan doa, bahwa anak- anak mereka kelak
akan menjadi seorang yang sukses.
Maka jika kita telah menjadi orang yang sukses hari
ini, ingatlah bahwa ibu kita lah yang mengantarkan kita untuk bisa menjadi
seperti sekarang ini. Doa, kasih sayang, dan perhatian terbaik yang selalu
dipanjatkannya adalah "hutang" terbesar yang tidak akan mampu kita
bayar, bahkan dengan nyawa kita sekalipun. Lalu, sudahkah hari ini kita menyapa
beliau, dan mendoakan yang terbaik pula untuk beliau?
Dan untuk kita para wanita, rugilah bagi yang memilih
untuk hanya sekedar menjadi wanita yang melahirkan dan menyusui, namun menolak
menjadi seorang ibu yang sebenarnya. Rugilah para wanita yang justru lebih
bangga dengan pujian manusia disekelilingnya karena kecemerlangan karirnya di
luar rumah saja, dan melalaikan kebutuhan anak- anak dan rumahnya. Karena nanti
saat kita telah tiada, dunia tidak akan berhenti dan akan tetap melanjutkan
aktivitasnya. Kitapun hanya sejenak dikenang dalam sebatas kenangan. Namun jika
kita memilih untuk menjadi seorang ibu yang disayangi anak- anak kita,
selamanya mereka akan menyayangi kita. Mereka akan tetap menengadahkan tangan
dan memohonkan doa bagi kita untuk dimuliakan oleh Allah di akherat sana. Dan
kita akan tetap bersemayam dalam hati mereka sebagai sosok wanita yang mulia.
InshaAllah
(Syahidah/voa-islam.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar